THE SHADOW HERO, FAKTA DAN RUMORNYA

Gene Luen Yang menyadari betul identitasnya sebagai Tionghoa Amerika, dan ianya menggunakan hal itu, menggali kembali akar dan sejarah budayanya (termasuk sejarah budaya populer Tionghoa Amerika), lalu menuangkannya dengan cerdas dalam fondasi² cerita komiknya tanpa terjebak pada kebanggaan kesukuan yang sempit. Itulah yang terbaca dari komik²nya, termasuk yang sahaya baca baru² ini: The Shadow Hero. 

Komik ini (digarap bersama Sonny Liew dan diterbitkan oleh First Second pada 2014) sebenarnya bisa dibilang sebagai kisah asal-usul, sekaligus perombakan ulang dari sebuah karakter pahlawan super yang diciptakan kurang lebih 70 tahun sebelumnya bernama Green Turtle. Mengapa Gene Luen Yang memilih untuk menggarap ulang lakon ini? Jawabannya ada di esai pendek di bagian belakang komik ini (yang sahaya terjemahkan di bawah ini).

***

Oleh: Gene Luen Yang

MARI KITA MULAI DENGAN FAKTANYA DULU. SETELAH ITU BARULAH KITA BICARAKAN RUMORNYA.

Fakta: Tahun 1940-an ialah masa² yang gila bagi komik Amerika. Ada alasan mengapa kami gelari era itu sebagai era Golden Age. Format buku komik baru sahaja tercipta, dan Amerika lagi cinta-cintanya dengan format itu. Komik² populer macam Action Comics dan Whiz Comics laku berjuta salinan setiap bulannya, sukses membikin penerbitnya menjadi OKB dalam semalam.

Setiap orang ingin jua ikut mencicipi kue ini. Lusinan penerbit² gurem muncul macam cendawan di musim hujan, menawarkan banyak ide² aneh ke publik, sebanyak yang bisa diimpikan oleh kartunis² muda mereka. Karakter-karakter sudah macam tiket lotre: banyak sekali bermunculan, dan, cepat atau lambat, salah satu di antaranya mungkin akan memenangkan jua undian itu, alias melejit.

Tahun 1944, tepat di tengah dekade yang hiruk pikuk itu, sebuah penerbit tiada terkenal bernama Rural Home meminta seorang kartunis yang juga tiada terkenal bernama Chu Hing untuk membuat sebuah kisah unggulan untuk komik seri terbitan mereka, Blazing Comics. Di kemudian hari, Hing akhirnya bekerja untuk Marvel Comics, meski dia juga tiada pernah menjadi terkenal. Saat ini, bahkan penggemar komik paling "garis keras" pun tiada ingat siapa dia.

Hing termasuk orang Asia-Amerika pertama yang bekerja di industri komik Amerika. Ini terjadi beberapa dekade sebelum menguatnya pergerakan Asia-Amerika, jadi ianya tiada mendaku dirinya sebagai bagian dari pergerakan itu. Paling banter, ianya hanya mendaku dirinya sebagai orang Tionghoa sahaja.

Dan untuk Rural Home, Chu Hing mencipta seorang pahlawan super Perang Dunia II bernama Green Turtle. Green Turtle memakai sebuah topeng di wajahnya dan jubah di bahunya. Ianya membela Tiongkok, sekutu Amerika, melawan invasi tentara Jepang. Tiada jelas jua apa kekuatan supernya, meskipun nampaknya ianya mempunyai kemampuan untuk menghindari peluru.

JADI BEGITULAH FAKTANYA. SEKARANG BEGINI RUMORNYA.

Konon, Hing ingin karakternya adalah orang Tionghoa.

Konon pula, penerbitnya merasa bahwa pahlawan super Tionghoa tiadalah akan cukup menjual dan menyuruh Hing untuk membuat karakternya menjadi orang kulit putih.

Dan konon jua, pada halaman² komik itulah Hing sebenarnya melakukan perlawanannya. Sepanjang petualangan Green Turtle, kita hampir tiada pernah melihat wajahnya. Hampir setiap waktu, pahlawan kita ini selalu memunggungi kita.
Ketika ianya membalikkan badan, wajahnya hampir selalu tersamarkan oleh sesuatu hal—oleh seorang kombatan, oleh sebuah bayangan, atau bahkan oleh lengannya sendiri.

Alih² wajahnya, yang kita lihat justru ialah bayangan aneh berbentuk kura-kura yang membayangi lawan² sang Green Turtle, yang menyeringai ke arah mereka (atau justru kepada kita? atau malah kepada penerbit?). Bayangan itu tiada pernah dijelaskan dan tiada pernah dibahas. Ianya hanya ada di sana. 
Dan karena Green Turtle tiada mengenakan baju sebagai bahagian dari kostumnya, kita bisa melihat jua jelas warna kulitnya. Penerbit mewarnai kulitnya dengan warna merah muda yang lebay, seolah-olah menekankan betapa Kaukasianya pahlawan kita ini seharusnya.
Wajah Green Turtle bukanlah satu²nya yang disembunyikan Hing dari kita. Berkali², pemuda Tionghoa yang menjadi kernet*nya Green Turtle, Burma Boy, bertanya bagaimana ianya bisa menjadi Green Turtle. Dan setiap kali pula, hal² gawat darurat terjadi, menyela, sebelum Green Turtle dapat memberikan jawaban. 
Apakah Hing menyembunyikan wajah dan asal-usul Green Turtle agar ianya bisa membayangkan karakternya itu seperti yang diinginkannya, yaitu sebagai seorang pahlawan super beretnis Tionghoa? Komik ini nampak dan terbaca sebagai pergulatan antara Hing dan penerbitnya, yang saling bergulat di dalam kesenian itu sendiri, lewat komposisi, warna, serta detail² tersembunyi.

Aspek paling mengecewakan dari komik asli Green Turtle ini, setidaknya bagi pembaca modern, adalah bahwa Hing menggunakan stereotip rasial dalam penggambarannya tentang orang Jepang. Padahal sebelum Amerika dan Tiongkok membentuk aliansi sewaktu perang, para imigran Tiongkok adalah target dari stereotip yang sama: mata sipit yang lebay, gigi jongang, seringai a la Fu Manchu yang terkesan mengancam, dan kuping yang runcing entah kenapa.
Mungkin Hing ingin mengungkapkan kemarahan yang dirasakan para imigran Tiongkok ketika mereka membaca tentang kekejaman militer Jepang di tanah air mereka. Atau bisa jadi Hing berharap bahwa dengan mengarahkan budaya stereotip yang mengelilinginya saat itu kepada pihak lain di luar komunitasnya sendiri, ia nya bisa membantu Green Turtle untuk mendapatkan penerimaan.

Hasrat untuk mendapatkan penerimaan ini menyelimuti cerita² Hing. Hing ingin menyatukan Timur dan Barat. Kostum Green Turtle adalah ciri khas pahlawan super Amerika pada masa itu, namun ia tetap memasukkan unsur² Tiongkok. Blazing Comics #4 dimulai dengan frasa dalam bahasa Tiongkok: 美國及中華民國 (Měiguó jí zhōnghuá mínguó/Persatuan Amerika Serikat dan Republik Tiongkok). Dalam edisi yang sama, seorang jenderal Amerika bertarung bersama gerilyawan² Tionghoa anggota tim Green Turtle. Dalam Blazing Comics #3, Hing menyajikan sebuah peribahasa lama yang mengungkapkan keterhubungan umat manusia: 四海一家 (Sì hǎi yī jiā/empat samudera, satu keluarga).

Green Turtle tiada pernah menemukan pembacanya. Petualangannya terhenti setelah hanya lima edisi, meninggalkan pertanyaan Burma Boy tetap tiada terjawab. Kita tiada pernah tahu bagaimana Green Turtle bisa menjadi Green Turtle.

DI TITIK ITULAH SONNY LIEW DAN SAHAYA MASUK

The Shadow Hero adalah jawaban kami atas pertanyaan Burma Boy, imajinasi kami tentang kisah asal-usul Green Turtle. Dengan tegas kami menetapkannya sebagai pahlawan super Asia-Amerika, bahkan mungkin pahlawan super Asia-Amerika pertama. Green Turtle kita ini memang seorang pahlawan yang macam bayang-bayang. Tak hanya karena kerahasiaan identitasnya, tapi juga rasnya.

Sahaya tiada pernah bisa mengkonfirmasi kebenaran rumor tentang Chu Hing dan penerbitnya itu. Sahaya membaca. Sahaya meneliti. Saya sudah jua bicara² dengan kolektor komik era Golden Age. Tiada yang tahu pasti. Sahaya kira begitulah memang sifatnya sebuah rumor.

Di halaman-halaman setelah ini**, kami sajikan petualangan Green Turtle paling mula², stereotip² jelek dan segala hal lainnya, langsung dari halaman Blazing Comics #1. Baca dan putuskanlah sendiri apakah rumor itu benar atau tidak.

Tapi izinkan sahaya mengakhiri ini dengan sebuah fakta: mempelajari komik Chu Hing, membayangkan apa yang mungkin ada dalam kepalanya, dan kemudian menulis komik ini sebagai tanggapan terhadapnya adalah sangat menyenangkan — semacam kesenangan gila-gilaan di era Golden Age. Sahaya berharap demikianlah jua saat anda membacanya.

***

*terjemahan untuk kata side-kick, karena nampaknya istilah ini yang paling cocok untuk menjelaskan posisi dan relasi sang side-kick terhadap pahlawan super utamanya, seperti seorang kernet terhadap supir atau tukang.

**di komik The Shadow Hero, setelah esai pendek ini, ditampilkan juga halaman-halaman komik asli Green Turtle dari Blazing Comics #1


BONUS






Comments

Popular posts from this blog

Buku Buku Kaum Pecinta Alam

Sedikit Catatan Soal Penerbitan Munnu: Bocah dari Kashmir

Resensi Film: Main Kayu ( Dokumenter tentang Ketidak adilan Kehutanan di Jawa)