Posts

Showing posts with the label review film

The Act of Killing (Jagal)

Image
Ini adalah film dokumenter yang luar biasa. Dari satu sudut pandang memang, seperti juga kebanyakan produk produk budaya yang memandang suatu kejadian yang telah terjadi alias sejarah. Tapi tetap membuat mata saya memelototin layar monitor 14 inchi dari sebuah laptop lokal dengan penuh rasa ingin tahu dari menit ke menit cerita. Bangsat. Ini adalah tentang tragedi 1965, pembantaian massa PKI, yang difokuskan pada satu lokasi yakni Sumatera Utara, dan satu organisasi, Pemuda Pancasila. Diangkat ke dalam film ini kisah Anwar Kongo, seorang preman di masanya, juga seorang anggota ormas Pemuda Pancasila. Dari detik ke detik kita disuguhkan oleh pengakuan yang jujur dari Anwar Kongo, bagaimana dia terlibat dalam pembunuhan massal tersebut, kebanggaannya, dan bagaimana dia mengalami trauma dan berusaha mengatasi bayangan bayangan buruk peristiwa pembantaian yang dilakukannya tersebut. Adalah menyedihkan (dalam arti sesungguhnya) ketika dia merenung dalam sebuah scene yang memperlihatkan

Baran - Film yang Sedih (mediafire link donlot)

Image
Film Iran selalu berhasil membuat perasaan saya mengharu biru. Termasuk film ini: Baran. Ini sebenarnya film dibuat tahun 2001, tapi baru sempet ditonton sekarang (oh tidak, ketinggalan sekali). Dikisahkan pada sekitar tahun 1980an (barangkali), terdapat banyak sekali penduduk Afghanistan yang bekerja di Iran karena negaranya yang hancur. Keberadaan mereka sebenarnya illegal , dan karenanya, ada larangan dari pemerintah Iran untuk mempekerjaan imigran gelap dari Afghanistan ini. Mereka melakukan pekerjaan kasar, salah satunya adalah sebagai buruh bangunan.Nah, disalah satu proyek pekerjaan bangunan tersebutlah kisah dalam film ini terjadi. Alkisah, tersebutlah seorang pemuda, Lateef namanya. Dia bekerja sebagai tukang masak sekaligus urusan makan minum untuk para pekerja bangunan dalam sebuah proyek milik seseorang bernama Memar. Di suatu hari, seorang pekerja bernama Najaaf terjatuh dari lantai 2 bangunan tersebut dan mengalami patah kaki sehingga tidak dapat bekerja kembali. K

Cerita dari Sungai Pekalen: catatan perjalanan pengarungan sungai pekalen (25-27 Desember 2011)

Image
Hujan gerimis turun membasahi kota Jogja, saat perjalanan ini kami mulai. Diantar beberapa teman, kami bertujuh dari Mapala Silvagama (Sulung, Andre, Adnin, Panji, Sidik, Faisol, dan aku sendiri), ditambah seorang lagi dari Palapsi, Reza berangkat dari Stasiun Lempuyangan menuju kota Probolinggo. Mengarungi Sungai Pekalen adalah tujuan dari perjalanan kami kali ini. Telah lama kami berencana mengarungi sungai ini, dan kini tibalah waktu yang ditunggu itu. Mengarungi sebuah sungai indah yang berarus deras dan penuh jeram, sebuah sungai di kabupaten Probolinggo, Sungai Pekalen. Perjalanan dengan kereta api menghabiskan waktu ± 8 jam. Seperti biasa, didalam gerbong, suara bising mesin kereta berpadu dengan riuh rendah puluhan pedagang asongan dan pengamen yang datang silih berganti, ciri khas kereta api kelas ekonomi. Para pedagang menawarkan apa saja,  makanan, minuman, buku, alat kosmetik, hingga mainan anak anak. Para pengamen menyanyikan apa saja, lagu dangdut, pop, slow rock,

Under The Ground - Film Dokumenter

Image
Basah, berlumpur, dan bau guano yang menyengat, begitulah keadaan gua dengan kedalaman ± 70m dari permukaan tanah ini. Upaya menelusurinya tak semudah yang dibayangkan. Banjir dan kondisi fisik yang lelah menjadi hambatan yang cukup berarti. Namun, bukankah semangat adalah inti dari semua perjuangan? Sore itu, 26 Desember 2010, hujan deras dan angin menemani kami selama perjalanan kami menuju Goa Ngeleng, kecamatan Paliyan, Gunung Kidul. Berenam kami, aku, Uut, Hafidh, Ami, Satrio, dan Indra berangkat dari sekretariat Mapala Silvagama dengan menggunakan sepeda motor. Kurang lebih satu setengah jam perjalanan, akhirnya kami sampai di Desa Mulusan dimana Goa Ngeleng berada, di tengah hutan jati kurang lebih 1 km dari jalan raya. Landasan sepeda motor yang tadinya aspal mulus kini berganti  menjadi tanah berbatu yang becek. Kondisi cuaca yang hujan memperparah kondisi jalanan. Beberapa kali ban sepeda motor kami  selip dan terpeleset karena jalanan yang licin, hingga akhirny

The Burning Season - The History of Chico Mendes (mediafire link download)

Image
"At first I thought I was fighting to save rubber trees, then I thought I was fighting to save the Amazon rainforest. Now I realise I am fighting for humanity - Chico Mendes" Amerika Latin (atau tengah??) memiliki banyak pejuang yang menjadi ikon perlawanan. Kita kenal Che Guevara yang militan. Ada kelompok pejuang Zapatista, ada Paulo Freire dengan perjuangannya dalam dunia pendidikan. Dan ini adalah kisah Chico Mendes, seorang pejuang konservasi dari Brazil. Chico Mendes terlahir di Brazil pada 15 Desember 1944 dengan nama Fransisco Alves Mendes Filvo.Dia terlahir di keluarga penyadap karet, yang sejak kecil  ia telah menjadi penyadap karet juga.Chico Mendes tak tahu baca tulis, sampai ia berusia 18 tahun. Film  The Burning Season ini merupakan biografi kehidupan sang pejuang konservasi tersebut. Tentang bagaimana ia mempertahankan kelestarian hutan karet di Brazil dari ekspansi perkebunan dan peternakan milik pemodal. Perjuangan rakyat tak bersenjata melawan senjat

The Illusionist

Image
The Illusionist adalah film animasi terkeren yang pernah saya lihat. Bercerita tentang kesepian seorang pesulap yang tersingkir di panggung panggung pertunjukan, dikalahkan oleh rock n roll dan hiburan lain yang lebih modern. Ia menemukan kembali keriuhan penonton disebuah desa terpencil, saat perayaan listrik masuk desa, meski hanya sesaat saja.   Di desa itu pula ia bertemu seorang gadis kecil yang tertarik pada sulap, dan kemudian ikut dengannya kembali ke kota, meski kemudian pada akhirnya sang pesulap kembali lagi pada kesepiannya. Menonton The Illusionist membawa kita menikmati sebuah cerita dan pesan pesan dalam bahasa gambar.Ya, film adalah bahasa gambar, dan film berdurasi 80 menitan ini menawarkan kesederhanaan sebuah film, dengan adegan adegan gambar yang menyentuh, meski tanpa dialog sama sekali. Luar biasa. Tak salah jika anda memasukkan film ini kedalam daftar film yang harus anda tonton sebelum anda mati. CMIIW.

Fanatic Search 2 A Girl Thing ( review film dokumenter panjat tebing)

Image
Ini merupakan sebuah film dokumenter yang berisi rekaman pemanjatan dan gaya hidup dari pemanjat pemanjat cewek terbaik di dunia dari semua generasi. Di film ini digambarkan tentang motivasi, semangat, fanatisme, dan usaha mereka untuk memanjat rute rute sulit yang ada. Ada 7 pemanjat cewek di film ini, yang diceritakan terpisah dalam 7 scene film.  Pada bagian pertama, diceritakan tentang Brooke Raboutou, pemanjat cewek berusia 9 tahun, anak dari Robyn Erbesfield, 4 kali juara dunia panjat dinding. Ibunya yang mengajak sang anak menggeluti dunia panjat dan menyalurkan semangat padanya dengan luar biasa. Pada akhir pekan mereka biasanya menghabiskan liburan di tebing favorit mereka St Antonin Noble di Prancis.Di film ini Brooke Raboutou menyelesaikan sebuah jalur dengan tingkat kesulitan 7c+, ”Big Bang” . Bagian selanjutnya menggambarkan  Charlotte Durif, 20 tahun, salah satu pemanjat cewek terbaik di Prancis, baik di kompetisi maupun di tebing. Di sini dia berhasil menyelesa

5 film tentang pendakian gunung terbaik (gerbongbelakangtainment version)

Image
Pendakian gunung memang bukan tema yang populer untuk sebuah film. Meski begitu, ada cukup banyak juga film film yang bertemakan pendakian gunung, baik bergenre dokumenter, action , horror , thriller , ataupun drama. Dari banyak judul tersebut, saya pilihkan lima judul yang menurut saya harus ditonton oleh para pendaki gunung. Here we go:   1. Nordwand a.k.a The North Face Bercerita tentang 2 pendaki jerman ambisius, Max Mehringer dan Karl Sedlmayer yang mencoba menaklukkan dinding utara Eiger, dijaman dimana NAZI menjadi partai yang berkuasa di Eropa. Keterbatasan peralatan dan teknik, kedua pendaki yang membawa nama jerman ini mati di tengah gunung, ketika orang orang di basecamp pendakian berpesta atas keberanian mereka mendaki gunung maut tersebut.Tragis dan ironis.  Setelah kematian mereka, pendakian ke gunung eiger ini ditutup, tapi tak mampu menahan ambisi para pendaki, karena "the first men to summit will be celebrated as Olympic heroes" , and so the battles c

Resensi Film: Main Kayu ( Dokumenter tentang Ketidak adilan Kehutanan di Jawa)

Image
Jika ingin melihat sudut pandang lain dari pengelolaan kehutanan yang diajarkan di kelas kelas atau di buku buku teks, cobalah tonton film ini. Main Kayu, film berdurasi 55 menit bikinan Lidah Tani ini  menceritakan tentang pahitnya kehidupan para petani dan masyarakat desa di pinggiran hutan hutan jati di Jawa. Dalam film ini digambarkan betapa ketidakadilan atas hak pemanfaatan hutan jati tersebut datang tak putus putusnya sejak penjajahan Belanda hingga sekarang.VOC lah yang pertama kali mengeksploitasi hutan hutan tersebut dan menjadikan masyarakat desa hutan menjadi budak.Masyarakat desa hutan yang memanfaatkan hutan tersebut sejak zaman nenek moyang mereka dilarang untuk mengambil kayu kayu dari hutan. Keadaan itu terus berlanjut hingga sekarang, atau setidaknya ketika film ini dibuat, dimana rakyat yang mengambil hutan milik mereka sendiri dianggap sebagai maling oleh pengelola hutan yang mendapat legitimasi dari negara. Kekerasan fisik terhadap masyarakat