Taxi Blues (komik review)

Komik yang diterbitkan tahun 2001 ini saya dapatkan 1 tahun lalu, 2011, setelah mengubek ngubek mesin pencari google dan mendapatkan seorang penjual online yang mau menjualnya kepada saya.

Ilustrasi komik ini dibuat oleh Erwin Prima Arya (lihat pofil facebooknya disini), komikus yang sekarang banyak meremaster komik komik lawas Ganes TH. Sedangkan ceritanya diangkat dari sebuah cerpen karya Seno Gumira Ajidarma, penulis, novelis, dan juga seorang pemerhati komik.

Komik berwarna setebal 32 halaman ini bercerita tentang seorang supir taxi yang membawa sekelompok orang yang berniat membunuh seseorang yang mereka sebut pimpinan.
Keinginan sekelompok orang ini di dasari oleh rasa kecewa pada atasan mereka, yang tak pernah dihukum, atas kesalahan yang seharusnya menjadi tanggungjawabnya. Sekelompok orang ini di jadikan kambing hitam atas kasus kasus penculikan dan pembantaian. Mereka menjalankan perintah, meski tau bahwa mereka menculik dan membunuh orang orang yang belum terbukti kesalahannya.

Dalam interpretasi saya, komik ini tentulah menyindir aksi penculikan dan pembunuhan aktivis aktivis pada jaman Orde Baru yang dilakukan oleh militer.Seperti kita ketahui Seno Gumira Ajidarma sering membuat karya karya tentang kasus kasus HAM seperti ini,
selain tentu saja menuliskan cerita cerita cinta dan senja.

Menariknya, Seno tak lupa menyisipkan sisi romantis pada bagian pembuka, ketika seorang wanita penumpang taxi bercerita tentang cinta.

Dari sisi visualnya, komik ini juga menarik. Di dominasi warna biru, setiap halaman diisi 4 panel gambar, yang menggambarkan adegan yang mampu bercerita dan dramatis.Satu lagi, di setiap komik yang ceritanya dibuat oleh Seno Gumira Ajidarma, seperti Sukab Intel Melayu dan Kematian Doni Osmod, saya selalu menemukan gambar buku buku sastra ataupun buku buku teori yang terkenal.
Di komik taxi blues ini juga terdapat hal tersebut. Di bagian awal digambarkan sebuah buku yang ditinggalkan seorang wanita di taxi, bukunya Nietzche, seorang filsuf yang berjudul Tuhan sudah Mati.

Jalan cerita yang kuat dan gambar yang dramatis membuat komik ini menjadi menarik. Barangkali komik komik pendek seperti ini dapat dijadikan sebagai model alternatif dalam pencarian bentuk komik yang sangat Indonesia, layaknya jepang yang terkenal dengan manga yang panjang dan berseri, amerika dengan superheronya, dan eropa dengan komik stripnya. Maju terus komik Indonesia.
(Chandra Agusta. 2012)

Comments

Popular posts from this blog

Sedikit Catatan Soal Penerbitan Munnu: Bocah dari Kashmir

Buku Buku Kaum Pecinta Alam

Resensi Film: Main Kayu ( Dokumenter tentang Ketidak adilan Kehutanan di Jawa)