Posts

Sedikit Catatan Soal Penerbitan Munnu: Bocah dari Kashmir

Image
Waktu merayakan terbitnya Tibet , komik bikinan Mark Hendriks yang kami terbitkan di akhir 2020 lalu, Caca, penerjemah Tibet meminjamiku komik berjudul Munnu: A Boy from Kashmir bikinan komikus asal Kashmir bernama Malik Sajad. Dia bilang dengan nada serius: “ lu harus baca komik ini!”. Aku, tentu saja tiada akan pernah menolak tawaran untuk dipinjamkan sebuah komik. Tiada sangka bahwa apa yang kubaca itu kemudian membuatku tercekat. Komik yang boleh dikata ialah autobiokomik ini begitu kelam. Ianya mengisahkan kehidupan seorang bocah bernama Munnu —yang ialah representasi daripada Malik Sajad sendiri, di Kashmir, kampung halamannya, sebuah wilayah yang mengalami konflik berkepanjangan. Seorang bocah kecil yang polos terpaksa menjalani hidup yang keras. Kerusuhan dan kematian bukan hanya berita, tapi pengalaman sehari-hari. Sekolah yang dibubarkan, terkena gas air mata saat diajak berdemo membebaskan kepala sekolah yang ditahan tentara, razia² di rumah-rumah warga, kematian tetangga

THE SHADOW HERO, FAKTA DAN RUMORNYA

Image
Gene Luen Yang menyadari betul identitasnya sebagai Tionghoa Amerika, dan ianya menggunakan hal itu, menggali kembali akar dan sejarah budayanya (termasuk sejarah budaya populer Tionghoa Amerika), lalu menuangkannya dengan cerdas dalam fondasi² cerita komiknya tanpa terjebak pada kebanggaan kesukuan yang sempit. Itulah yang terbaca dari komik²nya, termasuk yang sahaya baca baru² ini: The Shadow Hero.   Komik ini (digarap bersama Sonny Liew dan diterbitkan oleh First Second pada 2014) sebenarnya bisa dibilang sebagai kisah asal-usul, sekaligus perombakan ulang dari sebuah karakter pahlawan super yang diciptakan kurang lebih 70 tahun sebelumnya bernama Green Turtle. Mengapa Gene Luen Yang memilih untuk menggarap ulang lakon ini? Jawabannya ada di esai pendek di bagian belakang komik ini (yang sahaya terjemahkan di bawah ini). *** Oleh: Gene Luen Yang MARI KITA MULAI DENGAN FAKTANYA DULU. SETELAH ITU BARULAH KITA BICARAKAN RUMORNYA. Fakta: Tahun 1940-an ialah masa² yang gila bagi komik Am

Phagia, Hasrat Menelan dan Meruntuhkan Otoritas.

Image
[Tulisan ini mengandung spoiler, hindari membacanya jika anda belum membaca komiknya] Aaaargh…! Sebentuk taji besar yang panjang dan runcing muncul dari mulut seorang bocah, menghujam kepala seorang perempuan dewasa. Kepala itu putus dengan wajah yang hancur. Darah muncrat di mana-mana. Tak lama, taji itu mewujud sebentuk monster ayam raksasa, dan siap menelan calon korban berikutnya. Adegan mengerikan ini tergambar dalam sebuah komik pendek berjudul Phagia, karya Alzein P. Merdeka. Jika dibaca sekilas, mudah diketahui bahwa komik ini mengangkat isu kekerasan pada anak, sebuah tema yang mungkin cukup langka diangkat dalam kisah-kisah komik dalam negeri. Dalam sebuah sesi obrolan, Alzein sendiri mengakui bahwa ia membuat komik ini untuk merespon satu kasus penelantaran anak yang terjadi sekitar tahun 2015. Tapi komik adalah medium bahasa visual. Karena itu, ia memberikan keleluasaan bagi pembaca untuk menafsirkan metafora metafora visual yang tergambar dalam adegan, panel, teks, atau

Sebuah Catatan Kecil di Balik Penerbitan Komik Tibet

Image
September 2021 ini, kami di Rotasi Books menerjemahkan dan menerbitkan sebuah komik berjudul Tibet: Kisah Mhusha, Putri si Tukang Daging , karya Mark Hendriks. Komik ini diterbitkan pertama kali oleh Scratch Books, Amsterdam pada tahun 2015 dengan judul TIBET: De genezing van Mhusha de slagersdochter. Mark Hendriks adalah seorang komikus berbakat asal Belanda, yang telah beberapa kali memenangkan penghargaan atas karya karya komiknya. Awalnya, sekitar pertengahan 2020, aku iseng untuk mencari komik-komik dari penerbit Eropa yang sekiranya bisa untuk diterjemahkan dan diterbitkan di Indonesia, dan bisa dikerjakan di sela-sela jadwal work from home . Mulailah aku mengontak penerbit-penerbit tersebut. Ada beberapa judul dari beberapa penerbit yang menjadi kandidat pada waktu itu, tapi akhirnya kami di Rotasi Books memutuskan untuk bekerja sama dengan Scratch Books di Amsterdam untuk menerbitkan Tibet. Komik ini berkisah tentang Musha, anak seorang tukang daging, yang berjuang dalam pe

Berapa Harga Nasgor di Rumahmu?

Image
"Omong-omong, Mugenzou ini perasaan kuambil dari komik Get Backers. Tapi pas kubaca ulang komiknya kok nggak ada yaa?" - Ricky P. Rikardi Ricky P. Rikardi adalah sosok multitalenta. Ia menulis novela debut yang keren berjudul Waktunya Menutup Toko , menjadi vokalis, gitaris, dan penulis lagu untuk band bernama Puppyhansen , bekerja sebagai perawat fulltime di sebuah RS milik pemerintah di Jakarta, dan tentu saja: bapak rumah tangga. Fakta itu seharusnya cukup untuk membuatmu pengen tahu lebih banyak tentang dirinya. Dan untuk itu, aku menuliskan obrolanku dengannya. PGB:   Bung Ricky, lagi sibuk nggak? Aku mau mewawancarai dirimu, nih. Buat blog Ricky: Santai, Pak PGB: Okelah, langsung ya. Sesuai tradisi ketimuran, pertanyaan pertamanya adalah: apa kabar, Bung Ricky? Ricky: Hahaha. Kamu kok masih memegang adat ketimuran, Pak? Kabar baik. Kemarin aku abis swab, alhamdulillah hasilnya negatif. PGB: Iya pak, mazhabku progresif konservatif. Ngomong-ngomong, dirimu kan