The Burning Season - The History of Chico Mendes (mediafire link download)

"At first I thought I was fighting to save rubber trees, then I thought I was fighting to save the Amazon rainforest. Now I realise I am fighting for humanity - Chico Mendes"

Amerika Latin (atau tengah??) memiliki banyak pejuang yang menjadi ikon perlawanan. Kita kenal Che Guevara yang militan. Ada kelompok pejuang Zapatista, ada Paulo Freire dengan perjuangannya dalam dunia pendidikan. Dan ini adalah kisah Chico Mendes, seorang pejuang konservasi dari Brazil.

Chico Mendes terlahir di Brazil pada 15 Desember 1944 dengan nama Fransisco Alves Mendes Filvo.Dia terlahir di keluarga penyadap karet, yang sejak kecil  ia telah menjadi penyadap karet juga.Chico Mendes tak tahu baca tulis, sampai ia berusia 18 tahun.
Film  The Burning Season ini merupakan biografi kehidupan sang pejuang konservasi tersebut. Tentang bagaimana ia mempertahankan kelestarian hutan karet di Brazil dari ekspansi perkebunan dan peternakan milik pemodal. Perjuangan rakyat tak bersenjata melawan senjata api preman preman bayaran para pengusaha. Hingga akhirnya Chico Mendes mati ditembak dibelakang rumahnya oleh Darly Alves Da Silva beberapa hari setelah ulang tahunnya yang ke 44 tahun.

Kasus kasus perampasan hak hak masyarakat oleh pemilik modal ini terjadi dimana mana, termasuk di Indonesia. Lihatlah masyarakat suku Dayak, Mentawai, atau Papua yang tergusur dari tanahnya sendiri akibat ekspansi dari HPH (sekarang IUPHHK), dari serbuan perkebunan sawit milik para taipan yang dibekingi oleh penguasa dengan regulasi regulasi yang tak adil dan tidak pro poor.

Lihat juga bagaimana masyarakat diusir dari tanahnya sendiri oleh penerapan konservasi yang buta pada banyak taman nasional di Indonesia. Lalu bagaimana nasib petani hutan di Jawa yang terus menerus diperlakukan tidak adil oleh perusahaan hutan negara (you know who), anda bisa menontonnya dalam film dokumenter berjudul Main Kayu.

Perlawanan terjadi dimana mana dalam bentuknya masing masing. Dalam bentuk diplomasi, banyak dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat. Resistensi terhadap segala bentuk penjajahan pengetahuan (meminjam istilah San Afri Awang), terjadi di kampus kampus dan dunia akademis. Perlawanan kultural, juga muncul sebagai reaksi atas penindasan kaum pemilik modal yang bersekongkol dengan penguasa. Sedulur Sikep dan Saminisme adalah bentuk bentuk perlawanan kultural, seperti juga dilakukan oleh masyarakat adat di Siberut, Mentawai, dan Suku Anak Dalam di Sumatera.

Film ini menggugah kesadaran, bahwa hak hak masyarakat akan pengeloaan sumberdaya alam, perlu diperjuangkan. Kerakusan para pemilik modal harus di hentikan. Buang jauh jauh paradigma lama ekosentrisme dan antroposentrisme. ini dunia postmodernis. Dan saya percaya Community Forestry adalah jalan keluar!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Link download (mediafire):
1. part 1
2. part 2
3. part 3
4. part 4
5. part 5
6. part 6
7. part 7
8. part 8

 

Comments

  1. sori banget gan.. itu dulu saya upload di mediafire trus akunku di mediafire di banned.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Sedikit Catatan Soal Penerbitan Munnu: Bocah dari Kashmir

Buku Buku Kaum Pecinta Alam

Resensi Film: Main Kayu ( Dokumenter tentang Ketidak adilan Kehutanan di Jawa)