Ghost World - Daniel Clowes

"Bagaimana jika perlawanan itu ternyata tak pernah ada?"

Sebuah pertanyaan yang mengusik, untuk orang orang yang merasa dirinya indie, melawan, segala bentuk konsumerisme, budaya mainstream, atau apapun itu. Karena ternyata juga, konsumsi kita terhadap barang barang yang terbatas, indie, non-mainstream, "do it yourself", dalam komunitas komunitas kecil, adalah juga bentuk konsumerisme lainnya yang tak jauh berbeda dengan konsumerisme yang kita lawan dan kita gugat. Lantas dimana letak perlawanannya, ketika indie, non-mainstream, dan istilah istilah tersebut hanyalah bentuk strategi pemasaran baru, yang pada intinya adalah juga untuk mencari keuntungan dan melanjutkan hidup?.

Ghost World, sebuah komik/novel grafis penuh sindiran berisi 8 chapter karya Daniel Clowes, bercerita tentang dua remaja cewek, Enid Cloeslaw dan Rebecca Doppelmeyer, yang sinis pada apapun, dalam kehidupan remaja mereka yang gelisah dengan masa depan yang tak jelas yang menghantui mereka. Berdua, mereka mengejek segala hal.Teman teman sok hipster, teman yang aktif di politik, bahkan diri mereka sendiri.Sejatinya, mereka adalah 2 remaja cewek yang brengsek dan gelisah.

Dalam chapter 3, Punk Day, Enid merubah tampilannya, bergaya ala punk, dan berjalan jalan dengan Rebecca, hingga tak sengaja bertemu John Crowley. Crowley adalah mantan seorang skinhead junkie, yang kemudian memilih untuk sekolah bisnis, karena :

"It's just as well.. I can't listen to that shit (punk. pen) anymore. I've been going to bussiness school. I'm gonna be a BIG ASS CORPORATE FUCK."

"That's the way to be subversive.. Fuck this alternative pussy Punk Rock Shit"
Dengan nada mengejek, Crowley mengomentari dandanan Enid: " It must be nice to have everything paid for by mommy and daddy". Sindiran keras buat mereka yang menyerukan perlawanan terhadap
konsumerisme sambil membeli barang barang indie dengan duit ayah ibunya. Tidak mungkin untuk tidak tersindir.

Lalu, apa jawaban Enid?. Setelah Crowley berlalu, Enid bilang ke Rebecca: " It's not like i was 'going punk or something'.. I'm not fuckin' thirteen..anybody with a half  fuckin'brain could see that i wasn't dress like some modern hardcore asshole...

Novel grafis ini aku baca dan aku tulis reviewnya setelah membaca sebuah ulasan di sebuah majalah gratisan yang aku lupa namanya, yang pada saat edisi itu sedang membahas banyak tentang komik dan novel grafis. Keren.





Comments

Popular posts from this blog

Resensi Film: Main Kayu ( Dokumenter tentang Ketidak adilan Kehutanan di Jawa)

THE SHADOW HERO, FAKTA DAN RUMORNYA

Satrio Piningit - Novel Grafis dari Sigit Pradityo