MATAMERAH CERITA TURUN TEMURUN TENTANG HAL HAL YANG ITU ITU SAJA (SEBUAH PENGANTAR)

 

“Exme ipsa renata sum, aku lahir dari diriku sendiri”

Dalam rangka merayakan ulang tahun Mapala Silvagama yang sudah entah keberapa kalinya ini, saya menyusun sebuah mixtape berisi beberapa lagu yang saya anggap mewakili apa yang saya rasakan dan alami saat masih terlibat aktif di dalam kelompok tersebut, bahkan mungkin hingga saat ini, ketika kenangan adalah hal yang cukup berharga untuk dinikmati dan hanya bisa diceritakan kembali.

Mapala Silvagama, adalah sebuah organisasi kampus dengan kultur yang unik, yang menimbulkan kesan yang mendalam bagi saya. Beragam kebiasaan kebiasaan personal, kegiatan kegiatan, doktrin doktrin dan nilai organisasi, lingkungan akademik, juga norma norma masyarakat secara umum saling silang sengkarut di dalamnya membentuk sebuah pola pikir dan gaya hidup, secara lebih luas mungkin boleh disebut sebuah budaya, budaya kecil, sub budaya, yang khas. Saya selalu menganggapnya sebagai sebuah budaya melawan, melawan tatanan kehidupan akademis yang standar dan membosankan. Entah teman teman.

In vino veritas

Mata merah, sebagaimana mixtape ini dijuduli, adalah sebuah pengalaman pribadi, dan tentunya beberapa rekan juga. Terbangun di pagi hari di sekretariat yang cerah dan berisik setelah semalamam tertidur dengan kepala pusing dan jiwa yang melayang layang efek dari minuman beralkohol kelas teri yang dibeli dengan uang hasil kerja keras orang tua (yang sebagian miskin, sebagian lainnya mungkin koruptor), kadang kadang membuat saya merasa durhaka. Tapi kenikmatan selalu begitu, selalu (mungkin) mengorbankan satu dan lain hal untuk menjadi menderita, demi kebahagiaanmu.
Dengan mata merah dan flannel lusuh keluar dari ruang kecil berukuran 5x5 meter setelah tidur berjejalan didalamnya dengan bantal bantal dan sleeping bag busuk tempat semilyar bakteri bersarang, memakan apa saja yang ada dihadapan tanpa pembayaran tunai, lalu tersudut dalam ruang kelas yang panas. Menghabiskan hari hari yang jemu dengan berjalan jalan ke tempat tempat yang sebenarnya itu itu saja tanpa pernah membaca buku buku travelling brengsek hasil karya orang kaya gendut sok tahu yang keheranannya pada orang yang tak bisa berenang itu membuat perut menjadi kejang. Mengejek program jejak petualang survival di tivi sambil meniru serial Man vs Wild. Membuat api dengan gesekan kayu. Memakan makanan yang tak lazim. Rapat rapat tengah malam. Mengejek yang muntah paling cepat. Iwan Fals, Slank, dan Bob Marley, juga Iis Dahlia.

Pulvis et umbra sumus

Cerita cerita mengalir tak habis habis dari malam ke malam. Tuhan dan ide ide. Konservasi dan semua kenaifannya. IPK yang tak kunjung naik dan keresahan akan masa depan. Tak ada instagram untuk biru pantai dan langit senja. Hanya cerita. Budaya bertutur yang kuat membuat semua melekat, meski itu hanyalah pengulangan dari cerita cerita yang mungkin sudah dengan muak kita dengar, tapi tak ada yang tidak tertawa atau menangis haru saat cerita cerita yang itu itu juga itu kembali dikisahkan. Kehidupan yang suram dan hangat sekaligus.
Dan ini, mixtape ini adalah sebuah upaya untuk mengenang, ya, mengenang. Apa apa yang terjadi di masa itu, juga mungkin sekarang. Semangat, kelelahan, kalah, hilang, menang, bosan, gembira, dan semua hal yang tak terucapkan dan mungkin belum selesai, dirangkum dalam beberapa lagu yang mengisi playlist winamp saya akhir akhir ini. Dan akhirnya, marilah kita merayakannya, merayakan apa saja yang ingin dirayakan, termasuk kehidupan kita itu, yang kita banggakan, budaya budaya kecil itu, dalam gembira atau duka, muram atau bahagia, atau menangis dan tertawa. Rayakanlah.
Selamat ulang tahun.

(Pemuda Gerbong Belakang / MSG 623)

download the mixtape here

Comments

Popular posts from this blog

Sedikit Catatan Soal Penerbitan Munnu: Bocah dari Kashmir

Buku Buku Kaum Pecinta Alam

Resensi Film: Main Kayu ( Dokumenter tentang Ketidak adilan Kehutanan di Jawa)