Teroris Visual (Aji Prasetyo), sebuah review








TERORIS VISUAL (AJI PRASETYO), SEBUAH REVIEW

****
Satu hal yang agak mengganggu pemikiran saya beberapa waktu terakhir ini adalah tentang sangat sedikitnya ulasan tentang produk produk budaya di tanah air. Problem itu saya temui ketika hendak mencari referensi tentang produk komik di dunia maya, dan saya kesulitan menemukannya, selain di forum forum dunia maya macam kaskus dan indowebster. Itu belum termasuk produk budaya yang lain, macam buku, film, dan musik. Untuk buku mungkin di goodreads bisa dengan gampang ditemukan, tapi kebanyakan hanya ulasan untuk buku buku terkenal. Mungkin untuk musiklah yang agak ramai, karena penggiatnya memang aktif dan sangat banyak.
Atas dasar itu, saya mencoba berkontribusilah, khusus untuk yang  saya baca atau tonton atau dengar, sekedar untuk memenuhi blog yang kosong ini

****
Aji Prasetyo, adalah komikus dari Malang yang juga seorang aktivis, pemilik warung kopi, dan musisi. Aji mengembangkan komik dengan genrenya sendiri, yang dinamakannya komik opini, sebuah komik kritik yang mengkritik lebih dalam dari sekedar nyinyir nyinyiran a la komik strip. Aji membangun opininya dengan teori teori, juga sejarah, dan lainnya. Dalam setiap panelnya, nampak betul bahwa komikus ini sangat paham tentang apa yang ia bicarakan (terlepas dari benar tidaknya opininya tentang hal itu, karena kebenaran sejati itu tidak ada di dunia, krik).

Ketajaman kritiknya dalam komik bukan tanpa masalah. Stand komik Aji pernah dirusak sekelompok orang dalam sebuah pameran beberapa waktu yang lalu. Termasuk juga beberapa kali perdebatan perdebatan di dunia maya muncul karena coretan gambar Aji.

Setelah beberapa tahun lalu menerbitkan komik berjudul "Hidup Itu Indah", di tahun  2015 ini Aji Prasetyo kembali menelurkan satu komik lagi berjudul “Teroris Visual”, yang diterbitkan masih oleh Cendana Art Media. Komik setebal 152 halaman ini masih berisi kritikan kritikan yang tak kalah pedasnya dengan komik sebelumnya, namun tentu tak hanya itu.

Di bagian pertama, pengantar sebelum bab I, Aji membahas apa yang dia maksud dengan teroris visual, yaitu poster poster caleg pada masa kampanye, yang memang menjijikan dan norak. Saya pun sepakat untuk mengatakannnya sebagai teror visual yang mengganggu. Lebih dalam Aji membahasnya dalam balon balon narasi yang lugas dan gaya gambarnya yang unik.

Pada Bab I, Merayakan Manusia, satu yang menjadi perhatian saya adalah ketika Aji membahas mengenai kegiatan ospek mahasiswa baru, yang licik dan dipenuhi unsur bisnis yang kotor dan menyedihkan. Sangat menyedihkan memang melihat bagaimana mahasiswa baru dieksploitasi oleh kakak angkatannya untuk mendapatkan keuntungan finansial. Sangat tidak mendidik. Hih!.

Di Bab II,  Wanita Berdaya dan Mulia, Aji membahas tentang wanita.. Feminisme? Hmmm.. mungkin..  Wanita dalam pandangan agama, yang kemudian entah bagaimana dimaknai secara aneh dan keliru oleh sekelompok orang, prostitusi, juga isu isu wanita dan politik. Ada kaitan juga dengan isu Sultan Jogja? Hmm. maybe.

Bab III, Media yang Belum Kunjung Memediasi, adalah tentang acara acara televisi yang kalau kata Navicula, band grunge itu, sebagai televishit. Yap. Televishit.

Setelah itu masih ada 3 bab lagi yaitu Bab IV Sebelum Kita Lupa Berbudaya, yang membahas tentang budaya local versus budaya impor, Bab V  Negeriku, Negara Siapa? Yang salah satunya mengisahkan seorang teller bank yang dijebak dan dikriminalisasi (ini kisah nyata yang menyedihkan), yang ditutup dengan manis di Bab VI: Salam Penutup Dari Lembah Biru, yang berkisah tentang seorang tentara pulang kampung yang tak menemukan lagi kekasihnya. So emo, hahaha.

****

Secara keseluruhan, maka saya menilai komik ini adalah komik yang serius, dengan wacana yang serius pula.Tema yang beragam, mulai dari sejarah, opini, reportase, juga fiksi membuat komik ini jadi tidak membosankan. Beberapa bahkan mengagetkan, melihat bagaimana Aji mengembangkan opininya dalam panel panel gambar yang rapi. Melalui komik ini, saya rasa saya saya harus menempatkan Aji sebagai satu komikus terbaik di Indonesia saat ini. Kritik yang keras dan lugas, juga padat dan berisi, jarang ditemukan dalam komik lainnya, mungkin hingga saat ini.

Dan dengan komik ini pula saya mengamini ucapan Beng Rahadian dalam acara televisi "Mata Najwa" kemarin, bahwa saat ini komik Indonesia sedang dalam puncak keindahanannya dalam segi artistik dan keragaman tema. You rock, Aji.

Diluar isinya yang istimewa tersebut, ada beberapa hal kecil yang mengganggu kenyamanan saya sebagai pembaca. Yang pertama adalah kata pengantar yang tidak jelas siapa penulisnya. Tidak tahu apakah hal tersebut cukup penting atau tidak. Yang kedua adalah (krik) foto Aji di halaman 10. Hahaha. Menurut saya pemasangan foto tersebut agak menggangu visual komik secara keseluruhan, karena letaknya yang berada di halaman utama komik. Barangkali lebih baik foto tersebut diletakkan di bagian belakang, bersama dengan foto foto Aji yang lainnya yang juga ada di komik ini.
Tapi tenang, ini hanya penilaian prbadi, lagian terserah komikusnyalah, komik komiknya dia sendiri (krik). Demikianlah. (Chandra Agusta, Juni 2015)

Comments

Popular posts from this blog

Sedikit Catatan Soal Penerbitan Munnu: Bocah dari Kashmir

Buku Buku Kaum Pecinta Alam

Resensi Film: Main Kayu ( Dokumenter tentang Ketidak adilan Kehutanan di Jawa)