KOMIK INDONESIA DENGAN TEKNIK CUKIL



Cukil kayu, atau woodcut, atau xylografi, merupakan teknik cetak kuno yang dikenal manusia. Di Asia, teknik ini berkembang di Cina dan Jepang belasan abad yang lalu.  Di Eropa, teknik ini berkembang di tahun 1400an, sebelum kemudian Gutenberg membuat mesin cetak. Di Indonesia -saya belum mendalami alasannya- gambar yang dicetak dengan teknik ini banyak saya temukan dalam poster poster propaganda. Yang paling mudah saya ingat adalah poster poster bikinan komunitas Taring Padi, Yogyakarta.

Teknik cukil kayu ini juga disebut sebut sebagai asal muasal terciptanya komik komik jepang atau kita kenal dengan manga. Meski kemudian komik yang banyak kita kenal dan baca sekarang dibuat dengan teknik cetak modern, bukan berarti bahwa pembuatan komik dengan teknik cukil kayu ini ditinggalkan sama sekali.

Tahun 1918, Frans Masereel di Perancis membuat sesuatu dengan teknik cukil kayu yang disebutnya sebagai wordless novel berjudul 25 Images of Man’s Passions, yang mana benda ini memiliki semua persyaratan untuk disebut sebagai sebuah komik. Ada juga Lynd Ward, membuat wordless novel, juga dengan teknik cukil kayu, berjudul God’s Man, tahun 1929.

Nah, bagaimana keadaannya di ranah komik tanah air? Di tengah keberagaman genre dalam kebangkitan kembali komik Indonesia, komik cukil kayu turut mengambil tempat. Berikut saya himpun beberapa komik yang dibuat dengan teknik cukil kayu yang berhasil saya dapatkan:

1. Hidup dan Mati di Tanah Sengketa

Komik karya Redi Murti ini diterbitkan oleh Milisi Fotocopy, sebuah kolektif komik di Surabaya. Setebal 64 halaman, komik ini mengangkat kisah muram kehidupan orang orang miskin kota, komunitas Peranakan Tionghoa miskin di salah satu daerah bernama Tambak Bayan, Surabaya.

Ilustrasi dengan teknik cukil kayu ini menurut saya membuat kesan yang unik, menyatu dengan tema yang diangkat. Bentuk komik yang memisahkan teks dan gambar di mana satu halaman terdiri dari satu gambar dan narasinya, mengingatkan kita pada model model cergam cina jaman dulu.

Saya tidak mengkonfirmasi ke Redi mengenai ini, tapi menurut saya ia memang terpengaruh dari model komik seperti itu. Kesan itu saya tangkap ketika menjelajahi blog pribadinya.





2. McClown
Komik ini pernah dipamerkan di acara Retrospektif Komik Indie yang diadakan di Jakarta tahun 2014 oleh Akademi Samali. Tidak seperti  komik bikinan Redi di atas, komik karya Dodi Irwandi ini sama sekali tidak menggunakan teks maupun balon kata. Sebuah komik bisu murni. Hanya gambar gambar, setiap halaman terdiri dari satu gambar, yang tersusun membentuk suatu cerita yang utuh.




3. Atom Jardin
Atom Jardin adalah karya Yudha Sandy, dari Jogjakarta. Sebenarnya, komik ini dibuat dengan teknik papercut, bukan woodcut, tapi yasudahlah, kumasukkan saja ke dalam daftar ini. Sebagai informasi, komik ini pernah memenangkan Kosasih Award tahun 2015 untuk cerita terbaik dan komik terbaik.

"Atom Jardin means The Park of Atom Bomb. A bomb whose radiation exists although its explosion is over. Like a garden, it seems peaceful, quiet, and forgiving, but that might be an illusion. There is both vertical and horizontal conflict in it. There is a systematic conflict without we realize about it. It is not only about us and the ruler but also about us and the other people. A group of people acts like itself is the most pure one or another group acts like a hero."
Itu yang dikatakan Sandy tentang komiknya. Bercerita tentang Jardin dan Stopie di sebuah tempat bernama The Tree Kingdom, komik ini benar benar unik. Berbeda dengan dua komik yang kita bahas sebelumnya, di komik ini panel panelnya tersusun bebas, satu halaman bisa terdiri dari beberapa panel gambar dan teks. Narasinya pun juga unik, dan cukuplah untuk membuat anda mengerenyitkan kening. Selain itu, komik setebal 140 halaman ini menggunakan bahasa Inggris.


Itu tadi tiga judul yang berhasil saya temukan dalam jagat komik nasional. Jika anda mengalami kejenuhan akan komik industri, anda perlu sedikit melirik kepada komik komik alternative ini. Woodcut dan papercut jelas bukan merupakan kebaruan, bahkan di komik, tapi setidaknya bagi saya yang awam, tiga komik itu adalah pemberantas kebosanan yang cukup baik. (Nov 2016)



*) Tulisan ini tidak berpretensi menjadi ilmiah atau apalah, hanya mencoba mengeluarkan apa yang ada di dalam kepala menjadi suatu pewartaan yang mungkin tidak berarti. Sangat terbuka untuk kritik dan masukan

*) Foto Atom Jardin diambil dari blognya Yudha Sandy. Foto lain adalah koleksi pribadi


*) Bahan bacaan: Wikipedia.com; yudhasandy.wordpress.com; sekuensi.com





 


Comments

Popular posts from this blog

Resensi Film: Main Kayu ( Dokumenter tentang Ketidak adilan Kehutanan di Jawa)

THE SHADOW HERO, FAKTA DAN RUMORNYA

Satrio Piningit - Novel Grafis dari Sigit Pradityo