LOTIF NGETWIT - BENG RAHADIAN

Apa yang paling enggak kusukai dari komik komik Beng? Nasihat nasihat tentang "bagaimana membuat komik" nya. Terasa seperti buku motivasi bagaimana menjadi kaya dalam 60 menit dan sejenisnya. Dan hal ini beberapa kali kutemukan dalam komik komik Beng yang pernah kubaca.

Ngomong ngomong, aku bukan pengamat, apalagi kritikus komik macam Hikmat Darmawan atau Seno Gumira Adjidarma, atau Henry Ismono. Sama sekali bukan. Paragraf pembuka tadi hanyalah opiniku sebagai pembaca, dan sama sekali tidak bermaksud untuk tidak hormat pada Beng, yang notabene punya pengaruh cukup besar terhadap kebangkitan komik Indonesia generasi ketiga ini, atau kira kira tahun 90 an ke sini. Bisa dibilang begitulah.

Dan Lotif Ngetwit, adalah komik Beng kesekian yang pernah kubaca. Secara pribadi juga, aku selalu suka pada gaya gambar Beng. Ini sungguhan. Gambar gambarnya keren. Tapi menurutku, dibanding yang ini, aku lebih suka cerita cerita komik komiik Beng dengan tema tema manisnya seperti Selamat Pagi Urbaz, Benda Terbang, dan komik komik pendeknya yang lain, yang dulu kubaca di kompilasi kompilasi komik macam Daging Tumbuh, dll, atau yang kubaca di laman multiply-nya dulu.

Untuk yang ini, Lotif Ngetwit, kumpulan komik strip yang berisi humor humor satir, nyinyir, dan sinis, beberapa halaman cukup mampu membuat tersenyum. Sisanya, entahlah. Mungkin selera dan moodku lagi nggak ketemu aja, atau mungkin sudah terlalu banyak kesinisan kesinisan yang kubaca, entah komik, artikel artikel, novel, twit twit teman, status facebook dan path, atau gambar gambar meme, dsb, yang membuat aku jenuh, dan boleh dibilang: muak. Sehingga begitu komik ini kubaca, aku udah lemes duluan. So sorry Beng.

Tapi sudahlah, bagaimanapun sebuah karya harus diapresiasi. Walaupun mungkin Beng sendiri nggak butuh apresiasi dan seorang pembaca bajingan macam diriku, yang pada kenyataannya juga sinis dan nyinyir walaupun hampir nggak pernah berkarya (membuat komik), i don't really care.
Urusan keren dan tidak keren hanya soal selera, dan tentu saja bisa dikonstruksi. Tapi setiap ada rilisan komik lokal baru, aku selalu bersyukur, dan merasa harus memilikinya. Semakin beragam komik, semakin aku sebagai pembaca mrasa senang, karena bisa memilih dan menikmati mana yang aku sukai. Sekian.

Comments

Popular posts from this blog

Sedikit Catatan Soal Penerbitan Munnu: Bocah dari Kashmir

Buku Buku Kaum Pecinta Alam

Resensi Film: Main Kayu ( Dokumenter tentang Ketidak adilan Kehutanan di Jawa)